Topmetro.news – Kondisi memprihatinkan terlihat di sekitar jembatan penghubung antara Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Nagur, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara.
Tumpukan sampah rumah tangga dan limbah plastik memenuhi pelantaran jembatan, bahkan menjulang hingga setinggi badan jembatan, menciptakan pemandangan yang tak sedap dan mencemari lingkungan sekitar.
Pantauan Topmetro.news pada Senin (26/5/2025), sampah tampak menggunung di pinggir sungai tepat di bawah jembatan yang merupakan infrastruktur milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Kondisinya semakin parah dengan bau menyengat yang menyeruak ke udara dan air sungai yang terlihat mulai tercemar. Sejumlah perahu nelayan yang bersandar di sekitar lokasi pun dikelilingi sampah plastik dan organik, menambah kesan kumuh dan kotor.
Ironisnya, jembatan yang seharusnya menjadi jalur penghubung vital antar desa kini berubah layaknya tempat pembuangan akhir (TPA) dadakan. Meski beberapa kali dilakukan aksi gotong royong oleh warga dan pemerintah desa, volume sampah tak kunjung berkurang secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan alat dan armada pengangkut sampah yang hanya mengandalkan upaya swadaya masyarakat.
YSP (25), seorang pemuda Dusun II Desa Nagur, menyayangkan kondisi lingkungan di sekitar jembatan yang telah berlangsung cukup lama tanpa penanganan serius dari pemerintah.
“Sudah berbulan-bulan sampah ini makin tinggi, tapi tidak ada tindakan tegas. Seolah-olah pemerintah tutup mata,” keluhnya.
Menurut YSP, meski warga dan pemerintah desa telah berulangkali bergotong royong membersihkan area tersebut, tingginya volume sampah membuat upaya itu sia-sia. Ia mendesak Pemerintah Kecamatan Tanjung Beringin dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sergai untuk segera turun tangan mengatasi permasalahan ini.
Sikap serupa juga disampaikan Syarifuddin Sihombing (46), atau yang akrab disapa Udin Kemek, warga Dusun IX Desa Pekan Tanjung Beringin. Ia menyayangkan lemahnya perhatian Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten terhadap kebersihan lingkungan.
“Ini sudah tidak benar! Setiap hari kami melewati jembatan ini dan mencium bau busuk dari tumpukan sampah. Keindahan sungai hilang, ini seperti TPA. Masyarakat pun seolah terbiasa dengan kondisi ini,” ujarnya tegas.
Kemek juga mengkritik tidak adanya tindakan nyata dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Ia berharap pihak desa dan kecamatan dapat lebih aktif menyuarakan keluhan masyarakat ke pemerintah kabupaten agar segera ada solusi konkret.
“Kami berharap Dinas Lingkungan Hidup Sergai segera bertindak. Jika dibiarkan terus, walaupun dipasang plang larangan, tidak akan ada gunanya jika sampah tetap menggunung,” tambahnya.
Tumpukan sampah yang terus dibiarkan tak hanya menimbulkan pencemaran visual dan bau tak sedap, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dan kelestarian biota air di sekitar sungai. Jika tidak segera ditangani, krisis lingkungan yang lebih besar dapat terjadi.
Di akhir pernyataannya, Kemek juga menyarankan agar pemerintah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta menyediakan fasilitas pengelolaan sampah yang memadai.
“Sampah bukan hanya soal estetika, tapi juga soal kesehatan dan masa depan lingkungan kita. Jangan sampai anak cucu kita yang menanggung akibat dari kelalaian hari ini,” pungkasnya.
Reporter | Fani